Monday 29 September 2014

Turning Functional-Design into Human-Design

Saya selalu percaya bahwa selama di dunia pekerjaan masih dilakukan oleh manusia, bukan robot, perlu pembinaan dan pengelolaan yang baik terhadap manusia, oleh sebab itu peran dari Human Resources akan selalu dibutuhkan. Kalo di dunia ini semua pekerjanya robot, maka saya rasa akan sangat mudah sekali untuk mengontrolnya, hanya tinggal memasukan perintah saja.
Semua pasti setuju bahwa manusia itu kompleks, sungguh menarik bahwa semua orang tidak ada yang sama. Dalam beberapa tahun terakhir saya bekerja semenjak lulus kuliah, saya mengamati , misalnya:
  1. Perusahaan telah membuat sistem yang sangat baik, mengapa karyawannya tidak mau menggunakannya? 
  2. Perusahaan membuat website karir yang sangat bagus dan lengkap, kenapa malah jadi sedikit orang yang melamar? Bisa jadi karena website yang terlalu lama proses untuk submit lamaran
  3. SOP telah dibuat, mengapa sulit sekali untuk membuat orang mengikuti prosedur yang baru? 
  4. Program training dirancang semaksimal mungkin, mengapat karyawan kurang termotivasi untuk mengikuti training?
  5. Dll
Berdasarkan pemikiran-pemikiran diatas, saya mengambil satu kesimpulan yaitu Perusahaan fokus terhadap fungsi (Functional-Design), tetapi cenderung mengabaikan aspek manusia (Human-Design). Anda membuat sistem atau program apapun yang menurut anda itu baik dan bagus, tetapi tidak ada karyawan yang menggunakannya, apalah gunanya? Itu hanya akan menjadi sekadar portfolio anda saja.
Ketika anda mulai berubah pandangan dari Functional-Design menuju Human-Design, maka anda akan lebih mengedepankan aspek-aspek yang mendorong manusia untuk melakukan sesuatu. Kenapa saya harus mengikuti prosedur? Kenapa saya harus ikut training yang durasinya sangat lama ini? Gali apa yang menjadi pendorong karyawan-karyawan anda untuk bekerja, karena pastinya setiap perusahaan belum tentu sama. Berusahalah lebih akrab dengan seluruh karyawan-karyawan walau harus dalam batasan tertentu, karena sekarang HR sudah bukan zamannya lagi menjadi sosok yang ditakuti, tapi sosok yang bisa membina dan mengayomi. Setelah anda mendapatkan apa yang mendorong karyawan anda, barulah buat sistem atau program yang sesuai dengan kebutuhan perusahaan anda. Dengan demikian baru tepat sasaran :)

No comments: